Berita

Kurikulum Baru, Beban Baru bagi Orangtua

Kurikulum Baru, Beban Baru bagi Orangtua

JAKARTA, KOMPAS.com - Imbas dari rencana perubahan kurikulum ini ternyata juga akan sampai pada orang tua siswa. Para orang tua terpaksa harus bersiap merogoh kantong lagi untuk membeli buku-buku pelajaran baru yang sesuai dengan kurikulum baru.

Sekretaris Aliansi Orang tua Peduli Pendidikan Indonesia (APPI), Jumono, mengatakan bahwa perubahan kurikulum ini hanya akan menambah beban bagi orang tua murid. Pasalnya, buku-buku pelajaran akan diubah semua terutama untuk siswa Sekolah Dasar (SD) yang metode pembelajarannya berubah menjadi tematik integratif.

"Untuk yang punya anak SD ini akan semakin terbebani. Karena otomatis bukunya berubah semua sesuai dengan tema," kata Jumono, saat jumpa pers di Kantor Indonesia Corruption Watch (ICW), Jalan Kalibata Timur, Jakarta, Rabu (5/12/2012).

Ia menambahkan bahwa ini juga merupakan akibat dari memaknai kurikulum hanya sebagai daftar mata pelajaran saja. Perubahan kurikulum hanya sebatas pada pengurangan mata pelajaran saja yang kemudian berujung pada masalah buku pelajaran yang ikut berubah karena yang lama tak lagi berlaku terutama yang mata pelajarannya kemudian hilang.

"Apa yg mau diharapkan kalau seperti ini. Ini ide nggak bener saat memaknai kurikulum hanya mapel saja," jelas Jumono.

Mengenai adanya rencana pemerintah akan menyediakan buku pelajaran pada siswa secara cuma-cuma, ia tidak yakin bahwa hal tersebut dapat berjalan dengan baik. Mengingat selama ini masalah pengadaan buku pelajaran siswa masuk dalam urutan belakang jika dikaitkan dengan anggaran.

"Bagaimana buku bisa digratiskan. Dari mana dapat uang pemerintah. Apalagi ini buku yang harus disediakan cukup banyak. Kami kira saat kurikulum berganti, buku akan bertambah, orang tua tetap akan terbebani," tandasnya.

 
Editor :
Caroline Damanik

Tanggapan

Artikel Lainnya

Pendidikan untuk Rakyat

Pendidikan untuk Rakyat

KOMPAS.com - Pendidikan harus memerdekakan dan membebaskan rakyat dari belenggu kebodohan. Pendidikan nasional bukan untuk kepentingan politik, golongan, atau agama, melainkan untuk membangun bangsa.Masyarakat dunia sesudah Perang Dunia II dilandasi peradaban, yang menurut Sutan Takdir Alisjahbana, berciri modern,

READ MORE