Wamendikbud Akui Beban Pelajaran Siswa Terlalu Berat
SEMARANG, KOMPAS.com - Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Musliar Kasim mengakui beban pelajaran sekolah yang dipikul anak-anak sekarang terlalu berat, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD).
"Berdasarkan evaluasi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), anak-anak kita saat ini kurang waktu untuk memperkaya diri karena beban belajar yang mereka pikul terlalu berat," katanya di Semarang, Rabu (10/10/2012).
Hal tersebut diungkapkannya usai Pelepasan Peserta Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (SM3T) dan Seminar Kewirausahaan yang berlangsung di Universitas Negeri Semarang (Unnes).
Ia menjelaskan, pemerintah saat ini tengah menyusun penataan kurikulum untuk menyederhanakan pelajaran, mulai dari SD, salah satunya yang sudah disepakati pelajaran mulai kelas I-III SD hanya enam pelajaran.
"Enam mata pelajaran tersebut, yakni Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Bahasa Indonesia, Matematika, Seni Budaya, serta Pendidikan Jasmani dan Kesehatan," katanya.
Ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu pengetahuan sosial (IPS) tidak akan dimunculkan khusus sebagai mata pelajaran, kata dia, tetapi tetap akan diajarkan secara integratif dengan mata pelajaran yang ada.
"Nantinya, IPA dan IPS tidak khusus menjadi mata pelajaran, namun diajarkan integratif dengan mata pelajaran yang ada, misalnya Bahasa Indonesia bisa memuat ilmu pengetahuan, demikian juga Matematika," katanya.
Jadi, kata dia, mata-mata pelajaran jenjang SD kelas I sampai III di luar enam mata pelajaran tersebut tidak akan dibuang, tetapi diajarkan secara integratif dengan pelajaran lainnya yang sudah ada.
Ditanya perumusan kurikulum untuk jenjang pendidikan selanjutnya, yakni kelas IV hingga VI SD, ia mengatakan sampai saat ini masih dalam proses pembahasan dan negosiasi dengan para pakar pendidikan.
Selain itu, ia menambahkan pelajaran Seni Budaya dan Penjaskes nantinya tidak akan melulu bersifat teori lagi seperti yang ada sekarang, melainkan lebih ditekankan pada praktik siswa di lapangan.
"Sekarang ini, pelajaran jasmani kesehatan kan masih teori-teori, seperti berapa jumlah pemain bola voli, berapa luas lapangan sepak bola. Nantinya, siswa akan lebih banyak belajar di lapangan," kata Musliar.